Tantangan Berat Generasi Z

assa.abloy_.genz_

Jika dulu kita kerap mendengar sebutan generasi milenial, maka anak yang hidup di zaman ini disebut dengan generasi Z. Generasi milenial adalah mereka yang lahir mulai tahun 1980-an sampai 1997. Sementara untuk generasi Z sendiri terdapat berbagai pendapat yang berbeda. Ada yang menyebutkan antara tahun 1997 – 2014, ada juga yang menyebutkan generasi Z yaitu anak yang lahir antara tahun 2000 sampai sekarang. Namun banyak pihak sepakat bahwa generasi Z adalah generasi yang lahir dimana teknologi sudah kian berkembang.

 

Generasi Z dan Teknologi

Generasi Z adalah anak yang lahir dan hidup di zaman teknologi. Teknologi kian berkembang dengan pesat, mempengaruhi setiap sisi kehidupan manusia. Semua aktivitas dipermudah dengan kehadiran teknologi, maka tak heran jika orang yang hidup di zaman ini tidak bisa lepas dari gadget. Tak hanya orang dewasa, anak pun demikian. Mereka mengalami permasalahan yang serius, yaitu ketergantungan pada gadget. Tak mengherankan, karena semua aktivitas saat ini bisa dilakukan dengan gadget. Gadget menjadi semacam barang wajib bawa kemana-mana.

 

Teknologi menyuguhkan banyak hal-hal menyenangkan. Cukup dengan duduk dan memegang benda berbentuk kotak itu, semua bisa kita lakukan. Membeli baju dan makanan, menonton film, bermain, mengetik, berkirim pesan. Semuanya bisa dilakukan dengan gadget. Bahkan akun sosial media saat ini seperti menjelma menjadi replika kehidupan bertetangga. Maka dari itu, jari menjadi organ tubuh yang paling banyak berolahraga saat ini, sementara organ tubuh yang lain menjadi tertidur.

 

Teknologi juga menyuguhkan informasi tanpa batas. Tentu saja hal itu mempermudah kita untuk mengetahui segala informasi yang terjadi didunia ini. Bahkan peristiwa yang terjadi ditempat yang jaraknya beribu kilometer dari tempat kita tinggal saat ini, bisa kita ketahui,  semua terangkum lengkap dalam teknologi. Namun bagi anak, hal tersebut tak selalu menjadi hal menguntungkan. Anak adalah pribadi dengan keingintahuan besar serta belum adanya kontrol diri dan belum mampu memilah segala informasi dengan bijaksana sesuai yang dibutuhkan. Mereka akan melihat apa yang menurut mereka menyenangkan.

 

Karena keluasan informasi yang tanpa batas itu, mereka menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan usia mereka. Orang tua sulit untuk mencegah hal itu, karena setiap informasi yang masuk dalam teknologi tidak bisa dibendung dan dipilah. Kecuali dengan cara orang tua selalu mendampingi anak saat bermain gadget, mengarahkan mereka untuk mengakses hal-hal baik yang sesuai dengan usia mereka.

 

Tantangan Berat Generasi Z

Sekilas, generasi Z adalah generasi yang hidup di jaman yang serba canggih dan mudah. Namun nyatanya hal itu menjadi tantangan berat untuk mereka. Mereka menjadi generasi yang harus berlari karena perubahan yang kian cepat. Perubahan cepat dan kecanggihan teknologi itu menjadikan beberapa hal hilang dari anak. Karena anak lebih banyak belajar dari gadget. Sebab banyak pula orang tua yang mempercayakan anak pada gadget.

 

Salah satu yang hilang dan paling terlihat adalah sopan santun. Sopan santun kian menipis dari diri anak-anak kita. Banyak anak yang tidak punya rasa sopan santun lagi pada orang yang lebih tua, guru, maupun orang tuanya. Mereka menjadi lebih berani. Berani sebenarnya adalah hal bagus, bila itu diterapkan pada hal tertentu seperti berani berbicara di depan umum, berani menegakkan kebenaran. Namun fakta dilapangan, berani yang dimaksud adalah anak tak lagi punya rasa hormat.

 

Sering ditemui ditempat-tempat umum, anak-anak berani berbicara kasar dan membantah orang tua mereka. Miris dan menakutkan dalam satu waktu. Dilanjutkan pertanyaan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Padahal Rasulullah memerintahkan anak untuk merendahkan suaranya di depan orang tuanya, menghormati, dan memuliakan mereka. Lalu jika sudah seperti ini menjadi salah siapa? Tanggung jawab siapa?

 

Tak selamanya teknologi menjadi kambing hitam satu-satunya dalam masalah ini. Meski memang teknologi memiliki andil yang besar. Jika ditilik lebih lanjut, faktor penyebab berasal dari berbagai hal. Pertama, lagi-lagi kembali ke pola pengasuhan orang tua. Menjadi orang tua saat ini memang harus cerdas dan waspada. Salah sedikit, pembetulan perilaku anak akan sulit. Karena sikap anak bersumber dari apa yang mereka dapatkan di rumah. Oleh karena itu, jika mendapati anak seperti itu, sebagai orang tua kita bercermin, sudahkah kita mendidik anak kita dengan benar. Pekerjaan bukan alasan yang tepat untuk menelantarkan anak, menyerahkan anak pada pengasuh atau sekolah, terlebih menyerahkan anak pada teknologi.

 

Bukan salah mereka menjadi seperti demikian. Mereka adalah anak-anak. Layaknya kertas putih yang terus ditulisi oleh kita dan lingkungan sekitarnya. Maka isinya bisa terlihat seperti apa. Mereka adalah generasi yang menghadapi tantangan berat. Tantangan mereka bukan dari gencatan senjata penjajah, bukan pula keminiman segala fasilitas, namun kemudahan yang mereka hadapi saat ini menjadi satu tantangan yang lebih sulit untuk dikendalikan.             Generasi Z adalah generasi yang harus berlari cepat, penuh dengan godaan dunia. Jaman menuntut mereka untuk menguasai banyak hal.

 

Disini bisa kita simpulkan pentingnya komunikasi antara orang tua dengan anak. Orang tua jangan egois, yang hanya bisa menyuruh dan memarahi tanpa bisa memberi contoh. Anak-anak lebih butuh contoh nyata daripada hanya omongan saja. Hal itu agar mereka juga menaruh kepercayaan kepada kita. Memanjakan anak juga hal yang salah. Menyayangi bukan berarti memanjakan. Selain itu juga biasakan anak dengan pembelajaran akhlak sejak kecil. Mereka juga tidak bisa dibandingkan dengan generasi jaman dulu. Jaman sudah berbeda, maka semua pola kehidupan juga berbeda. Berbeda pula cara mendidik mereka. Intinya, orang tua dan pendidik mari bersikap cerdas membaca perubahan zaman. (ak/sdmt)

 

 

           

           

Related Blogs

Leave us a Comment