Menjadi Sahabat Bagi Anak
Menurut beberapa sumber (Kementerian Kesehatan, WHO, dan BKKBN), usia remaja dimulai sejak anak berusia 10 tahun. Artinya, anak kelas 4 SD sudah mulai memasuki fase remaja awal. Masa remaja adalah fase kehidupan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa ini merupakan tahap perkembangan manusia yang unik dan waktu yang tepat untuk meletakkan nilai-nilai dasar yang baik.
Dunia remaja adalah dunia penuh warna. Fase perkembangan yang sering bikin pusing tujuh keliling para orang tua. Para ahli mengatakan bahwa pada fase ini, remaja merupakan individu yang sedang mengalami perkembangan fisik dan mental yang pesat. Perkembangan ini ditandai dengan perubahan-perubahan biologis dan psikis. Hal itu memengaruhi cara mereka merasa, berfikir, membuat keputusan, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Perubahan itu sering kali membuat para remaja kebingungan menghadapinya, terutama jika tidak ada arahan dan bimbingan dari orang terdekatnya.
Mengutip dari American Psychological Association (APA), di masa remaja, anak cenderung merasa tidak dipahami oleh orang tuanya. Akibatnya, kedekatan dengan orang tua menurun, sedangkan kedekatan dengan teman sebaya meningkat. Sehingga, banyak orang tua yang memandang bahwa anaknya semakin menjauh dan memiliki dunianya sendiri karena ketidakmampuan untuk memahami dan membersamai anak.
Banyak orang tua yang memosisikan diri “hanya” sebagai orang tua. Memerintah, melarang, menyuruh, mendidik, dan membiayai kehidupan anak hingga dewasa. Interaksi dengan anak dalam corak “orang tua dengan anak” sehingga yang berlaku semata-mata sebatas hak dan kewajiban.
Sebagai orang tua kita lupa bahwa anak bukan hanya memerlukan pendidikan formal yang bertaraf internasional dan gadget canggih nan mahal. Sesungguhnyalah anak-anak sangat memerlukan perhatian, cinta, dan kasih sayang orang tua.
Mereka tidak hanya memerlukan perintah dan larangan, namun mereka ingin mendapatkan tempat curhat, yang betah mendengarkan keluh kesahnya, yang mau mendengarkan curhatannya, yang betah mendengarkan keinginannya. Sesuatu yang murah dan tidak berbiaya, namun justru paling sulit diwujudkan orang tua.
Seberapa penting untuk memposisikan diri sebagai sahabat kepada anak? Penting sekali. Hal ini dapat membantu orang tua menjadi lebih akrab sehingga anak mudah untuk membuka diri tanpa adanya dinding peraturan yang menghalangi. Anak cenderung merasa lebih dekat dan nyaman dengan orang tua yang mudah didekati dan terbuka akan pendapat anak. Salah satu keuntungan peran orang tua sebagai sahabat adalah dapat membantu menyelesaikan masalah anak dengan lebih efektif dan mandiri. Ini dikarenakan anak lebih terbuka dan percaya kepada orang tua sehingga dapat menceritakan masalahnya secara sukarela.
Bisa disimak cara menjadi sahabat bagi anak berikut.
- Kerjasama antara ayah dan ibu
Sebelum menjadi sahabat bagi anak, ayah dan ibu tentu harus menjadi sahabat satu sama lain dalam mendidik anak. Ayah dan ibu perlu menemukan kesamaan pandangan dalam mengarahkan anak, bersama-sama mencari jalan keluar dalam setiap menghadapi problematika pendidikan anak. Satu visi, satu persepsi, satu orientasi, dan satu tujuan. Sehingga, anak tidak bingung akibat perbedaan orang tua. Anak akan mantap dan percaya karena melihat kesungguhan dan kekompakan orang tua dalam membersamai mereka.
- Terimalah anak dengan segala potensinya
Mereka adalah buah hati kita, bagaimanapun kondisinya. Penerimaan kita kepada mereka, akan menjadi kunci keberhasilannya. Anak yang merasa diterima oleh orang tua, akan tumbuh dalam kondisi nyaman dan penuh percaya diri. Sebaliknya, anak yang merasa tertolak atau tidak diterima oleh kedua orang tua, akan tumbuh dalam suasana yang tidak nyaman dan dipenuhi penyesalan bahkan pemberontakan.
Setiap anak itu istimewa dengan bakat masing-masing. Pintar secara akademik bukan satu-satunya tanda kesuksesan seorang anak. Orang tua perlu memahami dan melihat kemampuan lain yang patut dikembangkan dan dibanggakan dari anak.
- Jadilah pendengar yang baik untuk anak
Menjadi sahabat yang baik, artinya selalu siap mendengarkan keluhan dan cerita anak-anak. Berikan respon yang positif, karena dengan respon itu membuat mereka mengerti bahwa orang tuanya tengah memperhatikan ceritanya. Ajukan pertanyaan ringan seputar ceritanya, namun jangan sampai membuat mereka merasa diinterogasi dan tidak nyaman.
Berikan pendapat, tetapi jangan meluapkan emosi dan kemarahan saat merasa mereka telah melakukan kesalahan. Anak remaja pada dasarnya tidak suka didikte dan digurui. Arahkan dan luruskan mereka tanpa harus mendikte dan menggurui.
- Libatkan diri dalam kegiatan anak
Menjadi sahabat artinya orang tua harus selalu berupaya memahami apa yang disukai dan tidak disukai anak-anak. Menyelami dunia anak-anak. Menemani dan mendampingi anak bermain dan belajar.
- Berikan penghargaan dan hukuman
Ketika anak berbuat salah, tegurlah dengan bijak. Berikan hukuman yang bersifat mendidik. Hindari mengekspresikan kemarahan berlebihan yang akan membuat anak tertekan dan merasa direndahkan, apalagi dengan bentakan, hardikan, pukulan, tendangan, serta tindakan fisik lainnya.
Sebaliknya, berikan pujian dan penghargaan untuk setiap keberhasilan yang diraihnya agar ia merasa diterima, dihargai, dicintai, dan membuatnya lebih termotivasi.
- Berikan kepercayaan kepada anak
Berikan kepercayaan kepada anak untuk mencoba melakukan sendiri hal-hal yang ingin dilakukannya selama tidak membahayakan dirinya dan orang lain. Terkadang orang tua terlalu preventif, sehingga anak-anak terkekang kebebasan dan kreatifitasnya. Biarkan mereka menentukan apa yang ingin mereka lakukan, berikan dukungan dan arahan yang baik.
- Menjadi teladan untuk anak
Menjadi sahabat, artinya harus memberikan nasehat secara bijak untuk mengarahkan anak menuju kebaikan. Nasehat kebaikan itu baru memiliki makna dan diterima anak, apabila mereka mengetahui orang tua memang layak menjadi teladan dalam kebaikan.
- Jangan Gaptek
Orang tua sering was-was dengan banyaknya informasi yang beredar di internet dan dapat diakses dengan mudah oleh anak. Orang tua perlu mengikuti perkembangan teknologi agar bisa mengerti dan mengikuti pertumbuhan anak. Terus belajar dan ikut bergabung dalam dunia mereka.
Yuk, semangat menjadi sahabat bagi buah hati kita. Membersamai mereka melewati setiap fase kehidupan. Siapa lagi yang mampu menjadi sahabat terbaik jika bukan orang tuanya?!