1001 Karakter Anak dan Trik Mengelolanya

karakter anak

Di antara trik-trik yang terpetik dari special training. Diresume berdasarkan paparan dan praktek dari nara sumber, Bpk. Arief Budi, M.Psy (Clin) M.D

1. Untuk membangkitkan konsentrasi (daya fikir) anak secara individual: Anak diminta menekankan lidah pada langit-langit mulut sampai rasa geli pada langit-langit mulut hilang. Ketika masih ada rasa geli, maka anak belum konsentrasi.

2. Untuk membangkitkan konsentrasi (daya fikir) anak secara kolektif: Guru bisa membuat kesepakatan saling sahut dengan anak. Misalnya, bila guru menyapa “Hello…” maka anak akan menjawab “Hai..” dengan jawaban yang berbeda, maka konsentrasi anak akan terbangun. Cara yang lain bisa dengan tepukan. Bila guru menepuk sekali, maka anak membalas tepukan dua kali. Hal ini bisa dilakukan di sela-sela pelajaran di mana konsentrasi kolektif anak menurun.

3. Untuk membangunkan anak dari melamunnya: Guru bisa mengelus/mengusap-usap lengan anak.

4. Agar tulisan anak bagus: Guru menyebar bola atau lainnya ke seluruh kelas, biar anak merangkak mengambil bola. Tumpuan tangan pada lantai, bisa menguatkan bagian tangan yang dipakai untuk menulis.

5. Agar anak tidak lagi membenci suatu mata pelajaran: Di awal pelajaran guru menerangkan tujuan dari pelajaran, bahkan bila perlu mengenalkan jenis-jenis pekerjaan yang bisa digeluti anak dengan mempelajari mata pelajaran (bahasan) tersebut. Guru bisa menerangkan jenis-jenis pekerjaan yang tidak umum, tapi sangat potensiil untuk mengantar orang sukses.Misalnya, apa tujuan dan manfaat mempelajari rumus pitagoras. Maka guru bisa menerangkan bahwa untuk membangun gedung yang indah dan bisa dilihat penjuru kota, maka ilmu yang digunakan oleh arsitek salah satunya rumus pitagoras.

6. Agar imajinasi anak berkembang: Pada 3 minggu pertama masuk sekolah, anak-anak diminta membawa crayon dan mewarnai gambar dengan aneka macam warna.

7. Cara efektif memberitahu anak bertipe auditory: Guru harus menyampaikan pelajaran dengan intonasi yang menarik, naik turun, kadang pelan kadang ditekan, dan seterusnya. Khusus untuk merubah perilaku anak bertipe auditory, guru bisa membisikkan kata-kata ke telinga kiri siswa. Guru tidak boleh berbicara dengan nada datar tanpa intonasi.

8. Cara efektif memberitahu anak bertipe visual: Guru harus menyampaikan pelajaran dengan gerakan tangan, bahasa tubuh yang menarik, menerangkan sambil menulis atau menggambar. Guru tidak boleh menerangkan dengan tubuh yang diam, sekalipun suaranya keras.

9. Agar apa yang kita sampaikan menancap pada benak anak: Ingatan anak akan tertancap dengan kata-kata kita, apabila anak-anak melibatkan perasaannya saat mendengarkan kata-kata itu. Agar perasaan anak terlibat, maka guru harus menyampaikan kata-kata dengan penuh ekspresi dan intonasi. Guru jangan lagi menyampaikan mata pelajaran dengan datar.

10. Untuk menyembuhkan self punishment (anak tidak lagi merasa dicap buruk): Di depan anak yang bersangkutan, Guru menyebutkan bahwa cap buruk anak itu sebagai sesuatu yang tidak benar, diulang beberapa kali, lalu Guru menyebutkan cap “baru” yang baik tentang anak itu.

11. Agar anak menuruti permintaan kita. Guru bisa melontarkan 2 pilihan kepada anak. Lontarkan pilihan yang tersulit dulu, biasanya anak akan menolak (dengan perasaan bersalah/berat hati). Setelah merasa telah bersalah menolak pilihan pertama, maka lontarkan pilihan kedua yang lebih ringan, maka anak akan memilih pilihan kedua. Pastikan kedua pilihan sama-sama dikehendaki Guru.

12. Untuk menyembuhkan perilaku buruk secara permanen: Guru supaya terus menerapi anak dengan perilaku baru yang baik, sabar membimbingnya selama 3 minggu (21) berturut-turut. Misalnya anak biasa menjahili temannya. Maka guru mendekati dan menatap anak dan mengatakan, “Kamu anak baik, sebenarnya kamu tidak suka menjahili temanmu, dan kamu tidak akan lagi menjahili temanmu.” Terapi ini dilakukan berulang-ulang setiap hari hingga selama 3 minggu. Insyaallah Anak berubak.

13. Mengapa terapi harus dilakukan sabar hingga minimal 21 hari: Menerapi selama minimal 21 hari ini sama dengan lama anak ayam dienggrami. Kesabaran merubah anak ini akan membuat perubahan dari dalam anak. Seperti telur yang dienggrami selama 21 hari, maka si anak ayamlah yang memecahkan sendiri telurnya, sehingga dimulailah kehidupan yang baru. Sebaliknya, bila Guru tidak bersabar merubah anak, memaksanya untuk segera berubah baik, maka itu ibarat memecahkan telur dari luar, sehingga pecahlah telur, tetapi berakhirlah kehidupan (dari ayam dalam telur itu).

14. Menerangkan kepada anak mengapa wanita hamil: Guru menerangkan bahwa kehamilan wanita adalah akibat dari hubungan suami-istri dan tidak diterangkan (disebabkan) oleh hubungan seksual. Sehingga tertancap dalam benak anak bahwa tanpa menjadi suami-istri dulu tidak bisa (tidak mungkin) melakukan hubungan suami-istri dan tidak mungkin mempunyai anak.

15. Mengapa tidak boleh menerangkan nama-nama alat kelamin dengan istilah samaran?: Kalau guru biasa menerangkan alat kelamin (pada pria, misalnya) dengan istilah samaran “burung” dan bukan “penis”, maka bisa berkembang konotasi buruk dalam diri anak bahwa alat kelamin itu bisa hingga dari satu tempat ke tempat lain seperti halnya burung. Hal-hal yang menyamarkan ini bisa membangun citra buruk dalam bawah sadar anak.

16. Agar anak tertarik memperhatikan pelajaran: Guru menyampaikan pelajaran dengan berbagai gaya. Untuk anak-anak tertentu (yang sulit memeperhatikan) maka guru harus mengenali benar gaya belajarnya (apakah auditory, kinestetik atau visual). Bila sudah diketahui gaya belajarnya, Guru menyampaikan pelajaran yang sesuai dengan gaya belajar anak. Misalnya anak itu gaya belajarnya adalah visual, maka guru bisa mencoret/menggambar papan tulis sambil menerangkan, menggerakkan tangan, ekspresi tubuh, dan seterusnya.

17. Agar efektif beradaptasi / berinteraksi dengan orang: Kenali kepribadiannya atau motivasinya berdasarkan cara kerja otaknya, antara lain apakah dominan L (limbic), dominan N (neokorteks), atau dominasi cara kerja lain dan kombinasinya. Dengan mengenalinya maka kita bisa lebih baik berinteraksi dengan orang yang dimaksud.

18. Untuk mengetahui gaya belajar (kecenderungan) anak: bisa menggunakan sidik jari, sidik lidah dan sidik mata. Tapi yang paling banyak digunakan adalah sidik jari.

19. Untuk membuat kata-kata kita makin powerful: Guru mengganti kalimat “bukan” dengan kata “kan”. Contoh: Mengerjakan sekarang lebih baik, Kan?

20. Agar anak menghilangkan kebiasaan/bahasa tubuh yang buruk: Guru dapat menghilangkan kebiasaan buruk anak (misalnya, menunjukkan bahasa tubuh terlalu manja), maka guru menirukan gaya anak sampai anak merasa bahwa gaya tubuh yang dilakukan ternyata tidak enak dilihat dan tidak pantas diteruskan.

21. Agar anak tidak merasa bodoh (putus harapan untuk menjadi pintar): Guru menerangkan bahwa semua anak pada dasarnya cerdas (pandai) tapi memang tipikalnya berbeda-beda. Ada tipikal anak dari SD sampai SMP nilainya selalu rendah, tetapi saat SMA kepandaiannya baru terlihat dan menonjol ketika dewasa.

22. Mengantisipasi berbagai penyakit dari dalam diri: hilangkan amarah yang terpendam, maafkan diri sendiri (jangan menyimpan penyesalan yang tidak berkesudahan), jangan menyimpan rasa bersalah terus menerus.

23. Agar segera pulih dari kelelahan: Sebaiknya makan pisang, karena kandungannya dapat mudah diserap tubuh dan mengembalikan gula darah dengan cepat. Namun kurang baik untuk orang yang diabetes.

24. Untuk mengetahui orang nyaman atau tidak dengan kita: Lihatlah tatapan matanya. Kalau orang tersebut berusaha menghindari tatapan matanya dengan kita, maka orang tersebut tidak nyaman dengan kita.

25. Untuk mengetahui orang tidak tertarik dengan penjelasan kita: Lihatlah orang yang bersangkutan, kalau pada awalnya memperhatikan, tapi sebentar kemudian berpaling dan tidak menatap kita lagi, maka orang tersebut tidak tertarik dengan paparan kita.

Banyak hal yang bisa disimpulkan, tapi satu hal yang sepakat bisa kita petik, bahwa agar anak tertarik dengan kita dan pelajaran kita, maka jangan ragu untuk mengajar dengan penuh ekspresi, intonasi, dan menggunakan berbagai macam media. 

Disarikan oleh Imam Saiful Bahri (Guru dan Pengasuh SDMT Ponorogo)

Related Blogs

Leave us a Comment