Syarifah dan Rehansyah, Duta Apoteker Cilik SDMT 2018
- Posted by sdmt
- Posted in BERITA SISWA, PRESTASI
Apoteker menjadi salah satu profesi penting, meski keberadaannya masih kalah populer dengan dokter dan perawat. Sabtu (20/10), Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) daerah Ponorogo melaksanakan pemilihan duta apoteker cilik di SDMT Ponorogo. SDMT menjadi sekolah ke empat dari 5 sekolah pilihan se-kabupaten Ponorogo yang dilaksanakan program ini. Acara ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari Farmasi Sedunia yang jatuh setiap tanggal 25 september.
Acara bertempat di Aula lantai 2, diikuti oleh 50 siswa perwakilan dari kelas 4 dan kelas 5. Dari ke-50 siswa ini nantinya akan dipilih 2 siswa menjadi duta apoteker cilik dari SDMT. Duta apoteker cilik bertugas untuk memonitor penggunaan obat yang tepat di SDMT. Acara dibuka oleh Ustadz Azis, selaku Waka 1 mewakili kepala sekolah. Dalam sambutannya Ustadz Azis memberi pesan kepada siswa untuk serius dalam pelatihan agar bisa mengambil banyak ilmu tentang apoteker.
Setelah pembukaan, siswa diajak senam sejenak dengan lagu Dagusibu untuk pemanasan dan menambah semangat, lalu dilanjutkan pemberian materi dari perwakilan IAI. “Apoteker itu ahli obat. Mulai dari membuat, memasarkan, hingga menyampaikannya ke pasian. Jadi, alurnya, dokter membuat resep obat, kemudian disampaikan ke apoteker, nah apoteker yang bertugas untuk meracik, menentukan dosisnya, dan memberikannya ke pasien” jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan juga mengenai penggolongan obat berdasarkan bentuknya, diantaranya padat, cair, setengah padat, dan gas. Anak-anak pun menyimak dan antusias menjawab saat diberikan pertanyaan. Tak lupa, perwakilan IAI juga menyampaikan tentang kebiasaan meminum obat masyarakat yang masih salah. “Obat itu diminum bukan pagi-siang-dan sore ya. Tapi 3 kali sehari itu maksudnya 8 jam sekali. Dalam sehari ada 24 jam, 24 jam dibagi 3 kali, jadinya 8 jam sekali obat itu diminum” tambahnya.
“Tapi kak, ketika kita membeli obat di apotek dan rumah sakit, petugasnya hanya memberitahu untuk minum obatnya 3 kali sehari, tidak diberitahu bahwa harus 8 jam sekali, jadi kita tidak tahu. Apa tidak ada sosialisasi dari apoteker?” celetuk salah seorang siswa yang mendapat apresiasi dari kakak-kakak IAI.
“Pertanyaan bagus sekali dari adik ini. Berikan dua bintang di tangannya kak. Nah, ini menjadi PR bagi kakak-kakak apoteker ya. Terima kasih pertanyaannya”
Usai penjelasan materi tentang kerja apoteker dan tentang obat, anak-anak diajak praktek membuat obat secara berkelompok dengan dibimbing kakak-kakak apoteker dari IAI. “Kalian harus membuat obat sesuai kasus pasien ya. Kasusnya adalah ada pasien bernama Oriza menderita sakit batuk, pilek, dan gatal. Nah kalian harus meracik obat sesuai dengan penyakitnya itu. Jadi ada berapa obat yang mesti diracik?” tanya kak Merlin dari IAI.
“3 obat” jawab anak-anak semangat.
“iya benar, ada 3. Ada bubuk dan salep” tambah Kak Merlin.
Dari praktek itu pun anak-anak mulai mengenal alat untuk membuat obat, seperti Mortir dan Stamfer, atau kalau kita tahunya lumpang dan alu. Mereka berbagi tugas, ada yang menghaluskan obat dengan alat tersebut, kemudian membungkusnya sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, terakhir adalah menulis di etiket, agar obat tidak tertukar dengan milik pasien lain.
Di akhir diumumkan 15 apoteker cilik dari SDMT dinilai berdasarkan keaktifan dan nilai tes. Lalu paling ditunggu adalah penentuan duta apoteker cilik SDMT, yang mana jatuh kepada Syarifah Sausan dan Rehansyah Hadziq. Selempang duta Apoteker Cilik 2018 pun disematkan kepada mereka berdua. (ak/sdmt)