Sejarah Dan Makna Hari Pahlawan: 10 November 2022
sdmtponorogo.com – Hari Pahlawan diperingati pada 10 November hal ini untuk mengenang Pertempuran Surabaya pada tahun 1945. Pada tanggal 19 September 1945, Bendera Merah Putih dan Biru dikoyak saat berkibar di atas Hotel Yamato. Pada tanggal 29 Oktober 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk gencatan senjata. Pada tanggal 30 Oktober 1945, pertempuran meletus sekali lagi. Saat itu, para pejuang dan warga Surabaya terlibat pertempuran melawan pasukan Inggris. Ada kurang lebih sekitar 15.000 tentara sekutu yang hadir dalam konflik itu. Dalam pertempuran di Surabaya, sekitar 6000 orang Indonesia tewas. Tiga minggu lamanya pertempuran tersebut. Dengan Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959 yang dikeluarkan pada tanggal 16 Desember 1959, Pertempuran Surabaya yang terjadi pada tanggal 10 November 1945 juga dinamakan sebagai Hari Pahlawan.
Presiden Soekarno mengambil keputusan untuk menetapkan hari nasional selain hari libur. Tanggal 10 November salah satunya adalah Hari Pahlawan. Menurut Abdul Waid yang diadaptasi dari buku Bung Tomo “Life and Death of the Temporal Spirit 10 November”, beberapa peristiwa yang memicu konflik. Setelah Jepang dikalahkan, rakyat dan pejuang Indonesia berusaha keras membujuk tentara Jepang untuk menyerahkan semua persenjataan mereka ke Indonesia.
Sejarah Singkat Hari Pahlawan
Karena peristiwa penting yang terjadi di Surabaya beberapa tahun lalu yang melibatkan arek Suroboyo (pemuda Surabaya) dan tentara NICA, tanggal 10 November juga diperingati sebagai Hari Pahlawan. Sumarsono turut serta dalam peristiwa tersebut sebagai mantan aktivis PRI (Pemuda Republik Indonesia). Presiden Soekarno mendapat masukan berupa ide untuk menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan oleh Sumarsono. Memperkenalkan nilai keberanian dalam menghadapi agresi militer dan memobilisasi keberanian dengan militerisme. Jadi, 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Sebuah peristiwa terjadi di hotel Yamato Surabaya, begitulah kejadian ini bermula. Bendera Belanda pada saat itu sedang dikibarkan di atas hotel Yamato oleh masyarakat Belanda yang dikomandoi oleh Pak Ploegman. Warga Surabaya geram karena hal ini. Hal ini dipandang sebagai penghinaan terhadap kedaulatan bangsa Indonesia dan proklamasi kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Kemudian, pada 27 Oktober 1945 pecah, perang antara pasukan Inggris dan Indonesia. Sebelum melanjutkan, Jenderal D.C. Hwthorn juga mengharapkan bantuan dari Ir. Soekarno. Awalnya, beberapa serangan kecil akhirnya berkembang menjadi serangan besar yang hampir melumpuhkan tentara Inggris.
Situasi berangsur membaik setelah gencatan senjata pada 29 oktober 1945 namun, konflik bersenjata itu masih tetap terjadi. Ketika Brigadir Jenderal Mallaby, sang komandan pasukan Inggris di Jawa Timur itu terbunuh, konflik ini kian memuncak. Kendaraan sang Jenderal Mallaby bertabrakan dengan pasukan Indonesia. Baku tembakpun terjadi akibat dari miskomunikasi tersebut dan menewaskan sang Jenderal Mallaby. Akhirnya pasukan Inggrispun melakukan operasi yang dikenal dengan oprasi Ricklef diwilayah Surabaya pada pagi hari tanggal 10 November 1945. Ribuan warga setempat ikut serta membela diri dari pertempuran sengit tersebut. Hanya dalam tempo tiga hari saja pasukan Inggris telah merajai kota Surabaya, dan stelah tiga minggu berlalu konflik tersebut berakhir sepenuhnya.
Makna Hari Pahlawan
Dari SD hingga SMA, buku teks sejarah selalu memuat perjuangan tentang rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan baik sebelum maupun sesudahnya. Narasi tersebut mengajarkan anak-anak muda Indonesia pelajaran hidup yang berharga melalui keteladanan, termasuk kejujuran, ketekunan, pantang menyerah, dan menjunjung tinggi tugas dan hak, selain untuk menerangi sejarah bangsa.
Kita juga dapat menggunakan contoh dari kehidupan sehari-hari untuk menjelaskan kepada mereka pentingnya Hari Pahlawan, seperti menjunjung tinggi kemandirian dengan terus belajar, membuat keberhasilan dalam minat, membantu teman yang bermasalah, dan mengembangkan kemampuan untuk mengungkapkan “terima kasih”, “maaf”, dan “membantu orang lain”.
Mengajarkan disiplin pada anak usia muda juga. Misalnya, melatih siswa mengantre untuk membeli makanan, menyelesaikan pekerjaan rumah ketika di rumah, dan lain sebagainya. Jangan lupa membiasakan diri melihat anak-anak menjalani hidup sehat. Dimulai dengan memantau apa yang mereka makan dan minum, mendorong mereka untuk sering berolahraga, dan memantau kualitas istirahat mereka. (sdmt)