Hari Pahlawan 2022 dan Tokoh Pejuang Nasional Muhammadiyah
sdmtponorogo.com – Menurut Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1956 tentang Hari Nasional Yang Bukan Hari Libur, yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno, maka ditetapkanlah Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November.
Sebagai cara untuk mengingat dan menghormati pengorbanan yang dilakukan oleh para pahlawan bangsa yang gugur,maka ditetapkanlah 10 November sebagai Hari Pahlawan. Rapat Kongres Pemuda Indonesia (BPKRI) pada tanggal 4 Oktober 1946,dimana Presiden Soekarno meresmikan Hari Pahlawan. Tokoh Muhammadiyah termasuk di antara para pahlawan bangsa yang telah berjuang untuk mencapai kemerdekaan.
Sejumlah tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan dan akhirnya meraih gelar pahlawan nasional berasal dari Muhammadiyah. Kelompok yang didirikan pada 18 November 1912 ini merupakan salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia dan berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Muhammadiyah telah lama menjadi pelindung bangsa dari jajahan para penjajah, dan usianya kini lebih tua dari Indonesia. Melalui kerja samanya dengan organisasi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, KH. Ahmad Dahlan dan Nyi Walidah Dahlan dinobatkan sebagai pahlawan nasional atas kontribusi mereka terhadap pembaruan Islam, gerakan perempuan, dan pendidikan nasional. Ada pula sejumlah tokoh Muhammadiyah yang telah diakui sebagai Pahlawan Nasional, antara lain:
1. Ir.Soekarno
Ir. Soekarno, juga dikenal dengan nama lahirnya Koesno Sosrodihardjo, memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Dia memulai lima gagasan dasar yang membentuk Pancasila, konstitusi negara.
Ir. Soekarno adalah mahasiswa KH. Dahlan, Ahmad. Dengan bantuan HOS Tjokroaminoto, seorang pemimpin Sarekat Islam dan teman ayahnya, ia dapat mendaftar di HBS Surabaya. Soekarno, bersama murid-murid lainnya (Alimin, Musso, Darsono, Agus Salim, dan Abdul Muis), tinggal di rumah Tjokroaminoto.
Pada tahun 1930, Soekarno secara resmi bergabung dengan Muhammadiyah dan menjabat sebagai pengurus dewan pendidikan dasar dan menengah di Bengkulu. Dia pertama kali bertemu wanita yang akan menjadi istrinya di tempat ini, Fatmawati merupakan seorang anggota Aisyiah dan cucu dari seorang pemimpin Muhammadiyah terkemuka. Ir.Soekarno juga pernah menuliskan wasiat yang isinya, “Bungkuslah jenazahku dengan bendera Muhammadiyah,”hal ini membuktikan rasa sayangnya Ir Soekarno kepada umat Islam. Selain itu, hak ini juga dikaitkan dengan sang istri yang lahir di kalangan kultur Muhammadiyah.
2. Fatmawati Soekarno
Fatmawati Soekarno yang memiliki nama asli Fatimah, merupakan seorang aktivis Aisyiyah di kampungnya. Ia mengikuti jejak sangayah, Hasan Din yang bersikeras menolak untuk meninggalkan aktivitasnya di Muhammadiyah meskipun harus dikeluarkan dari pekerjaannya oleh Belanda.
Fatmawati merupakan sosok penjahit bendera pusaka yang dikibarkan dalam Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Statusnya sebagai pahlawan nasional diakui pemerintah melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 118/TK/2000, 4 November 2000.
3. Jenderal Soedirman
Tidak diragukan lagi, Pak Dirman,begitu ia lebih akrab disapa ia adalah seorang prajurit tangguh yang membantu memimpin pemberontakan fisik dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Terkenal dalam perang Ambarawa dan Magelang (Desember 1945). Ia memimpin pertempuran gerilya dengan sukses di berbagai daerah di pulau Jawa antara 21 Juli 1947, dan 5 Agustus 1947, selama Agresi Militer Belanda I dan II (19 Desember 1948). Dia juga mengawasi Serangan Umum 1 Maret, yang berhasil merebut kembali Yogyakarta sebagai ibu kota negara.
Pak Dirman mencapai puncak karirnya di Muhammadiyah sebagai wakil dari Majelis Pemuda Muhammadiyah wilayah Banyumas. Soedirman muda pernah bergabung dengan jajaran Lucht Bescherming Dinest (LBD), Badan Perlindungan Udara yang didirikan pada tahun 1939 oleh pemerintah kolonial Belanda, selain terlibat dalam kepanduan HW, sebelum memulai karir militernya.
4. Ir.Djuanda
Ir. Raden Hadji Djoeanda Kartawidjaja adalah lulusan Technische Hoogeschool te Bandoeng (THB) atau Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB). Dalam masa jabatan Presiden Soekarno, beliau menjabat sebagai menteri sebanyak empat kali, menjabat sebagai Menteri Keuangan, Menteri Pertahanan, Menteri Pekerjaan Umum, dan Menteri Perhubungan. Dia juga menjabat sebagai perdana menteri kesepuluh dari tahun 1957 hingga 1959.
Kontribusinya yang besar melahirkan Deklarasi Djuanda 1957. Ditegaskannya, wilayah laut dan kepulauan Indonesia merupakan wilayah kesatuan NKRI.Djoeanda berpartisipasi aktif dalam organisasi Pasundan dan Muhammadiyah ketika ia masih muda. Di Tasikmalaya, ayahnya, R. Kartawidjaja, juga menjabat sebagai pengurus Muhammadiyah.
Djoeanda bersaksi di depan Muktamar Muhammadiyah 1962, dengan mengatakan, “Saya mengakui Muhammadiyah karena instruksi orang tua saya. Selain mengenalnya, saya diberi tanggung jawab untuk memalsukan kecerdasan mahasiswa Muhammadiyah saat itu.
5. KH.Fachrudin
Moehammad Djazoeli adalah nama aslinya. Sejak kembali dari tanah suci, ia telah pergi dengan nama Fachrodin. Rumahnya dekat dengan KH. Ahmad Dahlan, yang mengizinkan beberapa kerabat dan kerabatnya untuk belajar langsung dengannya. KH. Ahmad Dahlan kemudian menjabat sebagai penggerak organisasi tersebut.
Meski Fachrudin tidak pernah mengikuti kelas formal, dia adalah pembelajar sejati. Ia memanfaatkannya untuk belajar di sana selain untuk menunaikan ibadah haji. Sebelumnya, ia dikenal baik karena kemampuannya untuk merencanakan, membuat, dan menyampaikan pidato.
Pemimpin redaksi pertama Suara Muhammadiyah yang dirilis tahun 1915 dipercaya Fachrodin. Kemudian dia membantu mengurus nasib jemaah haji Indonesia yang dianiaya oleh otoritas setempat. Dia memulai pembentukan Badan Bantuan Haji setelah kembali dari tanah suci. Sebagai wakil umat Islam Indonesia, ia juga diberangkatkan ke sebuah konferensi tentang Islam di Kairo. Fahcrudin, 26 tahun, menjabat sebagai Sekretaris PP Muhammadiyah selama beberapa tahun. Ia diangkat sebagai Ketua Seksi Tabligh PP Muhammadiyah (sekarang Majelis) pada tahun 1920, dan kemudian menjabat sebagai Wakil Ketua I PP Muhammadiyah KH Ibrahim (1923-1932).
Fachrodin mengalami transformasi dan menjadi tokoh pergerakan nasional. Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 162 Tahun 1964, ia diberi gelar pahlawan nasional sebagai pengakuan atas kontribusinya.
6. Abdul Kahar Muzakkir
Salah satu anggota Panitia Sembilan yang turut andil dalam pembentukan dasar negara adalah Abdul Kahar (Pancasila). Ia sebelumnya pernah bekerja di Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang dikenal dengan Piagam Jakarta lahir pada tanggal 22 Juni 1945, setelah melalui beberapa diskusi yang kontroversial dan negosiasi yang sulit dalam sidang Komite Sembilan. Sampai saat ini, itu dikenal sebagai Pancasila. Abdul Kahar Muzakkir dan Ki Bagus Hadikusumo adalah dua tokoh Muhammadiyah yang sangat meyakini bahwa Islam harus dijadikan sebagai dasar pemerintahan. Kemudian, pada 2019, Presiden Jokowi menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional. (sdmt)