SDMT dan Pendidikan Karakter (2): Ilustrasi Sebuah Kesungguhan
Hari ini, SDMT tengah mencurahkan sebagian besar pendanaannya untuk merampungkan aula. Aula ini begitu dipentingkan tidak lain hanya untuk menopang pendidikan karakter. Disitu anak-anak bisa kita biasakan sholatnya, mengajinya, ekskulnya melatih dan menunjukkan bakatnya. Disitu guru-guru dan wali murid bisa duduk bersama berembuk bagaimana mengoptimalkan pembinaan anak-anak, belajar bersama psikolog atau ahli pendidikan bagaimana meningkatkan kualitas karakter anak kita.
Kalau untuk meningkatkan akademik, tidak perlu bukan sampai harus membangun aula?
Hari ini, kami sedang menuntaskan setplan tata ruang SDMT.
Kami memikirkan bagaimana di area lantai 2 nanti dibangun tempat-tempat wudhu anak kita, sehingga tidak perlu naik turun ke aula hanya untuk wudhu.
Kami memikirkan setting kantin yang nyaman untuk antri, jajan dan makan dengan duduk.
Kami memikirkan penempatan cuci piring yang longgar sehingga anak-anak kita gembira belajar mandiri mencuci piring sendiri.
Kami memikirkan bagaimana membuat tempat transit pembagian makan di tiap lantai, sehingga piket anak tidak perlu turun dari lantai 3 ke dapur di pojok sekolah hanya untuk mengambil makan.
Sedetail ini kami memikirkan fasilitas, dan fasilitas ini tidak lain selain hanya untuk membentuk karakter anak.
Hari ini, kami sedang menyempurnakan setting budaya karakter di SDMT. Diharapkan ada budaya sekolah, budaya kelas dan budaya guru. Setting budaya ini tentu kami maksudkan untuk menunjang pembinaan karakter anak kita, bagaimana mereka membiasakan diri dengan karakter yang baik, dan bagaimana kita mengingatkan anak-anak yang belum terbiasa dengan cara yang bersahabat dan mendidik.
Sudah kita ketahui bersama, di SDMT ada program Iqra. Ada unit khusus yang menanganinya yaitu LP3Q. Ada 16 guru di unit ini. Bukan jumlah yang sedikit untuk membina belajar Al-Quran. Dalam sekali tatap muka, ada 8 guru masuk ke dalam 1 ruang kelas, 1 guru menangani 4-5 anak. Ini satu bukti bahwa kami tidak main-main dalam memberi bekal bagi anak kita. Kami ingin anak-anak tuntas baca Quran di kelas II. Maaf, adakah sekolah di tingkat dasar yg membuat tim sebesar ini hanya agar siswanya bisa baca Quran?
Setelah itu, mereka bisa memilih ekskul apa saja yang mereka minati. Silakan dicoba sesuai minatnya. Silakan berganti lagi kalau tidak cocok. Seluas-luasnya mereka diberi kesempatan.
Sudah kita ketahui di SDMT ada acara malam pentas seni, outbond, fieldtrip, pesantren ramadhan, manasik haji, dst. Butuh sumber daya besar untuk menjalankan program itu. Kami konsisten dan terus berkomitmen untuk melanjutkan dan mengembangkan.
Kegiatan-kegiatan semacam ini tidak lain hanya untuk pengembangan karakter.
SDMT hari ini dan seterusnya akan tetap berkomitmen membangun karakter.
Dari fisik sarana-prasarana, manajemen, program, setting tenaga, dan seterusnya kami arahkan seluruhnya untuk pembangunan karakter.
Anak-anak SDMT seluruhnya mendapatkan menu agama, karakter dan kurikulum tanpa terkecuali dan tanpa pandang bulu. Jika ada bakat-bakat berbeda dari masing-masing anak, baik di seni, akademik, atau lainnya, maka yang dilakukan sekolah hanyalah memberi wadah mereka untuk menyalurkan.
Anak-anak kita yg berbakat dalam seni, agama, Alquran, olahraga, dan bukan akademik.. tidak pernah kurang kita apresiasi, kita support dan kita salurkan.
Tahun ini, penyaluran bakat anak-anak SDMT tidak hanya dalam bidang seni dan olahraga sebagaimana dikenal dengan “ekskul”. Atau juga “tartil” dan “tahfizh” yang bersifat religius.
Tahun ini, SDMT membuka Klub Produktif Menulis sbg wadah pembinaan kemampuan “literasi dan produksi menulis” yg produknya bisa berupa cerpen, artikel, resensi, opini, dan aneka karya tulis lainnya yg bisa ditampilkan di mading, bulletin, website ataupun majalah. Siswa yg berminat bisa bergabung disini.
Tahun ini, siswa yg berminat mengembangkan kemampuan produktif berbahasa Inggris atau Arab, maka SDMT membuka klub yg menampung itu. Insyaallah, akan kita datangkan para ahli untuk membimbing dan belajar bersama.
Tahun ini, siswa yang tuntas materi MIPA kita beri wadah Kelas MIPA sehingga bisa memperoleh pengayaan. Sedangkan siswa yang berminat atau mengejar kekurangan di MIPA, maka kita membuka Klub MIPA di sore hari.
Wadah-wadah ini dibuka SDMT untuk menyalurkan bakat-bakat anak-anak, bebas memilih, bebas bereksplorasi, bebas mencoba, boleh berpindah tiap tahunnya.
Kami masih menyebutnya “wadah” dan bukan “bimbel” karena kami tidak ingin terjebak ke dalam visi academic minded atau nauzubillah menjadi profit oriented.
Beragam wadah, baik akademik atau nonakademik, seni atau olahraga, bahasa atau agama, sains atau AlQuran, ini tidak lain tidak bukan hanyalah wadah untuk mengembangkan karakter anak itu sendiri.
Dengan tanpa mengurangi komitmen mengembangkan karakter dan keagamaan, maka program-program ini kita buka. Semua siswa istimewa. Semua siswa kita perlakukan sama. Mereka semua kita banggakan. (ISB/SDMT)