Satu Hari Satu Paragraf
Upaya untuk menumbuhkan kebiasaan berliterasi saat ini marak digaungkan. Namun upaya tersebut tidak langsung menuai perubahan, perlu adanya kesabaran dan ketekunan. Pepatah bijak mengatakan “Sehari seutas benang, setahun selembar kain”. Pepatah tersebut mengandung arti bahwa ketekunan seseorang akan membuahkan hasil. Hal tersebut juga berlaku dalam menulis. Jika sehari kita meluangkan waktu setidaknya lima menit untuk menulis sebanyak satu paragraf saja. Bayangkan berapa kumpulan paragraf yang bisa kita dapatkan dalam setahun.
Paragraf merupakan kumpulan dari beberapa kalimat. Dalam satu paragraf setidaknya minimal memuat tiga kalimat. Akan tetapi kalimat tersebut saling berhubungan satu sama lain dalam rangkaian suatu paragraf. Tidak banyak bukan?
Biasanya yang menjadi hambatan seseorang untuk menulis adalah ide. Tidak tahu apa yang akan ditulis. Untuk menulis setiap hari tidak harus terpaku pada ide tulisan yang serius, seperti ide tentang politik, pendidikan, atau topik-topik yang termuat dalam artikel ilmiah. Tapi jenis ide bisa beragam. Mulai dari hal-hal kecil yang ada disekitar. Seorang teman pernah mengatakan, seperti halnya hidayah, ide itu perlu dijemput. Tidak hanya ditunggu dengan diam.
Cara untuk menjemput ide, salah satunya dengan peka terhadap sekitar. Mampu membaca situasi yang ada disekitarnya. Setiap orang pasti mempunyai pendapatnya sendiri-sendiri tentang suatu hal. Nah, pendapat tersebut bisa dituangkan dalam tulisan. Cara kedua, yaitu dengan membaca, entah itu membaca buku atau membaca berita. Untuk dapat membaca berita, kita tidak harus membeli koran atau menonton televisi seperti jaman dulu. Saat ini berita sudah mudah diakses. Semua tersedia di android yang kita miliki.
Jadi harus membawa buku catatan kemanapun pergi? Jawabannya tidak! Kita bisa memanfaatkan handphone yang kita miliki. Baik berupa note ataupun status di dalam facebook. Dengan begitu kita bisa belajar untuk mengolah kata. Jika biasanya kita menulis status facebook yang berupa keluhan. Ubahlah keluhan itu dengan pemilihan kata yang baik, sehingga orang yang membacanya tidak menangkap pemahaman bahwa kita sedang mengeluh. Hadapi keluhan yang kita miliki dengan bijak.
Seperti contoh postingan status facebook seorang teman berikut, “Smua rncana gagal. Huft, jd sbel dech. Maen ma tmen2 za ach”. Jika kita melihat postingan tersebut, rasanya kita tentu tidak tertarik untuk membaca. Selain itu, isinya juga bermuatan hal negatif. Dari contoh bahasa status itu, bisa kita ubah. Misalnya menjadi “Semua manusia boleh berencana. Namun tak selamanya rencana itu akan terjadi sesuai dengan kehendak kita. Bila apa yang kita rencanakan ternyata tidak terwujud, jangan menyerah. Karena kita punya Tuhan yang lebih tahu apa yang terbaik untuk kita. Lewat kegagalan itu pasti ada hikmah yang bisa kita petik. Ingat satu hal, Tuhan punya rencana lebih baik dari rencana kita”. Nah, kan jadi beda jika dibaca. Selain lebih tertata dalam penulisan, juga makna yang terkandung lebih positif. Dengan menulis keluhan seperti itu, secara tidak langsung kita menyemangati diri sendiri dan orang lain yang membacanya.
Ada kebiasaan menulis yang menarik untuk kita jadikan contoh. Seperti yang dilakukan oleh seorang penulis yang juga kyai sebuah pondok pesantren di Madura, M.Faizi. Dalam satu kesempatan, Ia menceritakan kebiasaanya menulis dimanapun. Jika Ia tidak membawa kertas atau handphone, Ia memanfaatkan kertas rokok. Sesampainya dirumah akan digantinya di buku atau diketik dengan laptop dan dikembangkan.
Contoh inspiratif lainnya adalah yang dilakukan oleh Eni Kusuma, seorang TKW asal banyuwangi. Ditengah kesibukannya mengurus rumah dan memasak di negeri orang, Ia masih sempat meluangkan waktu untuk menulis apa saja yang saat itu Ia pikirkan. Kemudian catatan itu Ia simpan dibawah lemari es. Malamnya akan ia tulis kedalam buku. Di rumah majikannya, jika memasuki waktu tidur, maka semua lampu harus dimatikan. Untuk mensiasati hal itu, Ia memanfaatkan cahaya handphone untuk menerangi saat Ia menulis. Beberapa tahun kemudian, kumpulan catatannya itu sudah menjadi beberapa buku, dan akhirnya diterbitkan menjadi buku dengan judul Anda Luar Biasa!!.
Jika mereka saja bisa, kita yang punya banyak kelonggaran waktu tentu lebih bisa. Memang sulit untuk memulai, namun tidak ada yang tidak mungkin jika kita berusaha. Jika ada pernyataan, sempatkan mengaji satu ayat sehari, membaca satu halaman sehari, maka sempatkan juga menulis satu paragraf sehari. (alinda)