Mencuci Piring, Sepele Tapi Penting
Salah satu keterampilan yang diajarkan dan dibiasakan di SDMT Ponorogo adalah mencuci piring. SDMT Ponorogo membiasakan siswa-siswinya mencuci piring dan sendok miliknya sendiri usai digunakan makan siang. Padahal bisa saja sekolah membayar orang yang bertugas khusus mencuci piring dari 800 lebih siswa-siswinya. Namun, hal demikian justru akan membentuk para siswa mempunyai karakter manja, tidak mandiri, dan tidak bertanggung jawab. Ia akan bergantung pada orang lain dan berlaku semena-mena.
Padahal, nantinya mereka akan menjadi orang dewasa yang harus bertahan hidup dalam setiap masa-masa sulitnya. Tidak ada jaminan bahwa piring bekasnya akan selalu dicucikan oleh orang lain. Untuk itu anak-anak harus memiliki kebiasaan dan spontanitas terhadap pekerjaan rumah tangga satu itu.
Mencuci piring termasuk dalam keterampilan dasar dalam hidup. Salah satu pekerjaan rumah tangga yang banyak dihindari. Siapa sangka keterampilan dasar yang dianggap sepele ini ternyata memiliki pengaruh penting.
Sebuah penelitian yang dilakukan Marty Rossmann dari University of Minnesota menemukan bahwa memberikan anak-anak tugas mencuci piring atau pekerjaan rumah tangga sejak usianya 3-4 tahun, bisa menjadi prediktor besar mengukur keberhasilan anak dalam jangka panjang.
Mencuci piring setelah makan akan mengajarkan anak untuk menjaga kebersihan dan bertanggung jawab setelah melakukan apapun. Selain itu anak akan belajar mandiri, disiplin, mempererat hubungan keluarga, serta membantu perkembangan motorik halus anak-anak melalui menggosok, membilas, dan mengeringkan.
Yuk, latih anak-anak kita dengan kebiasaan mencuci piring sendiri sedari dini.