Besok Malam PX 2024 Digelar, Ayo Intip Sejarahnya

pxx

Panggung Ekspresi atau kerap disingkat dengan sebutan PX, kini memasuki tahun ke-18. Ibarat manusia sudah memasuki usia dewasa muda. Mari kita ulik kembali sejarah Panggung Ekspresi SDMT ponorogo. Sejarah ini disadur dari tulisan Ustadz Imam Saiful Bahri pada tahun 2016 silam.

Semua bermula dari obrolan segelintir guru-guru fulltimer dan beberapa ustadz lainnya tentang bagaimana diadakan “Panggung Gembira” ala Pondok Gontor di SDMT. Obrolan itu bersambut tatkala direktur SDMT kala itu, Ustadz Rudianto, pulang dari menjenguk dan menyaksikan putranya tampil di acara Panggung Gembira di Gontor 2 Madusari Siman.

2005 – Lahirnya Panggung Ekspresi

Akhirnya digelarlah Panggung Gembira ala SDMT Ponorogo. Panggung Gembira ala SDMT itu pertama kali digelar pada tahun 2005 atau pada tahun ke-3 SDMT berdiri. Pada awal pertunjukan itu tidak langsung menggunakan nama yang kita kenal saat ini, tapi masih menggunakan nama “Inilah Karyaku”. Pada waktu itu PX digelar di halaman depan sekolah (depan Gedung Buya Hamka) saat ini.

“Malam pentas seni itu serasa begitu meriah, ada pelangan konsumsi, 70 siswa beserta kedua orang tua mereka ditambah warga sekitar tentu memadati halaman lorong Buya Hamka itu. Teringat, selain tari-tarian, hafalan Albaqoroh, conversation Inggris pendek, ada juga drama yang diperankan beberapa siswa dan ikut juga alm. Ust. Saiful. Drama kala itu adalah lipsing atau peragaan dari iklan genteng SDMT yang baru saja booming di radio. Almarhum juga tampil solo dengan sulapnya. Lucu… 
Ada juga penampilan Rafi Mirza Nugraha yang memainkan keybordnya, Sasa menyanyi dan Yola dkk dengan tarinya. Pokoknya seru dech untuk ukuran waktu itu.”  
kenang Ustadz Imam dalam tulisannya.

Tahun 2006

Tahun berikutnya (2006) pentas seni diadakan di jalan depan sekolah. Panggung menghadap ke selatan ke arah rumah ustadz Herianto dan Mbah Ngabdi (alm). Tajuknya masih sama “Inilah Kreatifitasku”. Penonton yang hadir lebih banyak dari tahun sebelumnya. Pentas seni waktu itu juga menampilkan drama yang menggunakan dubbingan dari hasil rekaman tape recorder lalu di-mixing di studio Radio Suargo FM.

Tahun 2007 – Lahirnya nama “Panggung Ekspresi”

Kemudian, pada tahun 2007 inilah nama Panggung Ekspresi lahir dan mulai digunakan hingga saat ini. Nama Panggung Ekspresi tercipta atas perpaduan ide Ustadz Saiful dengan Ustadz Farid. Ustadz Saiful agak terpaku dengan nama “Panggung Gembira” saja ikut Gontor, tapi beberapa ustadz lain mengusulkan diusahakan nama yang lain. Di forum musyawarah itu, Ust Farid yang tengah menjadi PJ menggarap penampilan Sasa menyanyikan lagu “ekspresi” Titi Dj mengusulkan nama pentasnya adalah “Malam Ekspresi”.

Ust Imam melihat perlunya menggunakan kata “Panggung” dan bagus digabungkan dengan kata “Ekspresi” jadinya “Panggung Ekspresi”. Para yang hadirpun menyetujui nama itu dan berlaku hingga sekarang.

Tahun 2008

Tahun berikutnya (2008), Panggung Ekspresi tetap diadakan di halaman depan masjid Ihsan. Jika pada tahun 2007 menggunakan background triplek yang dilukis dengan cair oleh guru, maka tahun 2008 ini dikerjakan oleh seniman Kosa dari Paju.

Tahun 2009 & 2010

Tahun 2009 dan 2010, Panggung Ekspresi pindah ke jalan depan Islamic Center, menghadap timur. Dua tahun ini membentuk konsep Opera yang digagas oleh Ustadz Ali Musthofa. Opera Malin Kundang (2009) dan Opera Senyum Masa Depan (2010).

Tahun 2011 & 2012

Lalu pada tahun 2011 dan 2012 acara digelar di halaman tengah (sekarang). Yang pertama menggunakan background banner, yang kedua dengan background kain merah.

Tahun 2013 & 2014

Kemudian pada tahun 2013 dan 2014 mengambil tempat di halaman utara bagian timur, sebelum gedung kreatif timur dibangun. Pada tahun ini background menggunakan potongan triplek yang dilapisi banner karya Ust Jainal.

Tahun 2015

Tahun 2015 panitia Panggung Ekspresi membuat gebrakan dengan menyewa Gedung Kesenian Kabupaten Ponorogo. Background minimalis dengan settingan asli yang tersedia.

Tahun 2016 – Duka Mendalam Panggung Ekspresi

Tahun berikutnya, 2016, menjadi tahun yang tak terlupakan dalam sejarah Panggung Ekspresi SDMT. Beberapa hari menjelang hari-H, SDMT harus kehilangan salah satu ustadz, Ustadz Bagus Yoga Prasetya. Seorang yang dikenal sabar dan baik kepada siapa saja. Seorang ustadz yang masih memikirkan gladi bersih Panggung Ekspresi ditengah keadaannya yang kritis.

Malam penyelenggaraan Panggung Ekspresi 2016 yang kembali berlangsung di Gedung Kesenian itu berlangsung sukses dengan dihadiri ribuan penonton yang memadati area. Namun, kesuksesan itu terasa perih. Rasa duka mendalam itu sejatinya meluluhkan segala kegembiraan dan kesenangan apapun yang diterima.

“Karena bagaimanapun juga, kegembiraan itu seharusnya dirasakan oleh kami semua, tidak terkecuali oleh Ust Bagus. Namun takdir menghendaki orang lain, ia tidak sempat menyaksikan kesuksesan ini.” Tulis Ustadz Imam.

Tahun 2017 & 2018

Gor Singodimedjo menjadi saksi kemeriahan Panggung Ekspresi 2017 dan 2018. Berjalannya waktu, semakin berkembang dan mendewasa pula penyelenggaraan Panggung Ekspresi. Berbagai tampilan yang atraktif dengan ribuan penonton yang memadati tribun.

Tahun 2019

Tahun 2019, penyelenggaraan Panggung Ekspresi kembali ke area SDMT. Kali ini bertempat di lapangan barat dengan konsep outdoor. PX tahun itu juga spesial karena dihadiri oleh Thole Ponorogo 2019 juga juga merupakan siswa SDMT Ponorogo, Faeyza Surya Danendra.

Tahun 2022 & 2023 – Bangkit Dari Pandemi

Dua tahun vakum karena pandemi, SDMT Ponorogo kembali menggelar Panggung Ekspresi pada tahun 2022 yang bertempat di Gedung Auditorium Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Seperti bertemu dengan jodoh, tahun berikutnya (2023) dan tahun ini (2024) PX kembali digelar di sana karena sesuai dengan konsep yang diusung. Mulai dari tempat yang sangat memadai untuk menampung ribuan penonton, sound, dan tentunya bisa menampilkan kemegahan sebuah pentas seni.

Tahun 2024 – Gebrakan Baru

Panggung Ekspresi 2024 akan digelar pada 31 Juli 2024 besok di Gedung Auditorium Universitas Muhammadiyah Ponorogo. PX kali ini membuat gebrakan baru dengan mengusung tema “The Miracle of Harmony”, tema yang menggambarkan keindahan sebuah keselarasan. Setiap tampilan saling berkaitan satu sama lain membentuk sebuah cerita. Jangan lupa nonton, besok malam pukul 19.30…

Lika-Liku Panggung Ekspresi  

Perjalanan Panggung Ekspresi tak selalu mulus. Malam pentas seni itu sempat hanya dihadiri penonton dalam jumlah minim sekali. Ustadz Imam menyebut panitia sempat menganut dan menerapkan “logika terbalik”, sehingga berakibat fatal terhadap suksesnya acara. Hal itu terjadi ketika bagian konsumsi merasa dana akan membengkak bila harus menanggung konsumsi snack seluruh penonton. Akhirnya, seolah semua terhipnotis ketika diusulkan untuk membatasi jumlah penonton yaitu siswa dan kedua orangtuanya atau dua kerabatnya saja.

“Akhirnya surat diedarkan dan penonton pun menyusut tajam. Sungguh kefatalan, karena maksud diadakan pentas seni adalah untuk mengundang sebanyak-banyak orang melihat pentas sehingga menjadi sarana promosi, dan bukan mengundang untuk makan-makan, sekalipun kalau bisa memberi konsumsi akan lebih baik.

Ditahun-tahun berikutnya konsumsi ditiadakan, dengan pertimbangan biaya dan diasumsikan penonton sudah makan malam sebelum menonton, namun yang terpenting tidak mengekang panitia untuk mengundang sebanyak-banyaknya penonton.”

Related Blogs

Leave us a Comment