Masalah Anak Bersumber dari Masalah Keluarga?!
- Posted by sdmt
- Posted in BERITA SEKOLAH
Sabtu (10/11), pukul 07.30, sejumlah walimurid mulai berdatangan di SDMT. Mereka disambut oleh beberapa ustadz/ustadzah yang sudah bersiap di beberapa titik, salah satunya di gerbang depan. Hari itu mereka akan mengikuti seminar parenting bersama Arief Budi, M.Psi.clin, sekaligus launching program Parents Suport Group.
Parents Suport Group sendiri sama dengan Psikolog Goes to School (PGTS) yang diadakan SDMT beberapa waktu lalu. Namun, saat ini PGTS berubah nama menjadi Parents Suport Group (PSG) dengan agenda yang tetap sama seperti sebelumnya. Mengatasi permasalahan pengasuhan anak.
Pukul 08.00 acara di buka oleh ustadz Imam. Dalam sambutannya beliau menyampaikan, program PSG ini salah satu cara memberikan pelayanan kepada walimurid. “Program akademik dan non-akademik yang disiapkan untuk menggali potensi siswa sudah berjalan dengan baik. Namun, dua hal itu saja belum cukup. Perlu juga adanya penanganan psikologis untuk pembentukan karakter siswa. Yaitu melalui PSG ini” jelasnya.
“Mendidik anak dimulai ketika anda memilih kekasih hati” Ujar Arief Budi mengawali pemaparannya di hadapan 200 lebih walimurid kelas 1 – 3 pada sesi satu ini. Sementara sesi dua untuk walimurid kelas 4 – 6. Mengapa begitu, menurutnya orang tua adalah penentu tumbuh kembang anak. Karena mereka lah yang menjadi tempat belajar anak untuk pertama kalinya.
Semua permasalahan itu seringkali bersumber dari rumah. Namun seringkali sekolah dituntut untuk menyelesaikan masalah dari rumah tersebut. “Anak-anak yang bermasalah pasti dari keluarga bermasalah” tegas lulusan S3 Psikologi Universitas Seoul itu.
Arief Budi juga menghimbau orang tua agar tidak heboh ketika berhadapan dengan anak. Sebagai contoh, orang tua tidak menyahut dan memperhatikan ketika anak memanggil. Orang tua baru bereaksi secara heboh ketika anak berteriak atau memecahkan barang. Dengan begitu, anak akan merasa bahwa dengan cara seperti itulah mereka bisa mendapatkan perhatian orang tuanya. Segala kehebohan itu ditangkap anak sebagai bentuk perhatian.
Beliau juga memaparkan bagian-bagian otak manusia. Salah satunya batang otak yang berfungsi untuk menyimpan memori baik dan buruk anak. Ada seorang walimurid menanyakan apakah memori buruk tersebut bisa dihapus?! Langsung dijawab Arief Budi, bahwa kita tidak bisa menghapus memori tersebut. Menghapus memori sama hal nya dengan membuat anak hilang ingatan. Yang bisa dilakukan orang tua ialah mencegahnya. Dengan cara menanamkan hal-hal baik dan bahagia pada anak, sehingga hal buruk dalam memorinya bisa teredam oleh hal baik yang dialaminya saat ini.
“Penting juga bagi ibu-ibu yang sedang menyusui. Jangan menyusui anak sambil bermain hape. Karena hal itu juga akan berdampak pada emosi anak. Manfaatkan moment menyusui untuk focus kepada anak” tambahnya. Mendidik anak juga harus tega, jangan terlalu memanjakannya, jika ingin anak tumbuh dengan baik.
Mendidik anak itu tidak hanya sambung rasa, tapi juga sambung raga. (ak/sdmt)