Pentingnya Manajemen Pengelolan Kelas
- Posted by sdmt
- Posted in ARTIKEL, BERITA SEKOLAH
sdmtponorogo.com – SDMT Ponorogo terus berupaya untuk menciptakan kelas-kelas impian bagi siswa dengan meng-upgrade guru-gurunya melalui Workshop Classroom Manajemen bersama Drs. Miftahul Jinan, M.Pd.I. dan Arif Santoso, ST, C.LNC. dari Griya Parenting Indonesia. Workshop berlangsung selama dua hari, 28 – 29 Desember 2019. Banyak pengetahuan baru yang disampaikan oleh beliau berdua mengenai pengelolaan kelas yang selama ini seringkali diabaikan.
Meski berlangsung selama dua hari dengan waktu pagi sampai sore, namun tak terasa membosankan. Sebab, cara penyampaian beliau berdua yang seru, atraktif, dan banyak menggunakan perumpamaan serta praktik. Sehingga peserta tak hanya mendengarkan ceramah sambil mengantuk. Semua berpartisipasi harus aktif untuk menjadi guru kreatif bagi kelas-kelas impian.
Seperti kita ketahui, ruang kelas tak bisa dipisahkan dari sebuah sekolah. Ruang kelas ibaratnya jantung bagi sekolah. Keberadaannya sangat penting. Kelas menjadi tempat kegiatan belajar mengajar serta menjadi awal mula mimpi dan cita-cita generasi penerus bangsa terukir. Untuk itulah, sebuah kelas harus nyaman dan menyenangkan agar proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung optimal.
Seperti dikemukakan Purnomo, “Kelas adalah ruangan belajar ( lingkungan fisik) dan rombongan belajar (lingkungan emosional). Lingkungan fisik meliputi ruangan, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, sarana prasarana, serta ventilasi dan pengaturan cahaya. Sementara lingkungan emosional meliputi tipe pengajaran guru, sikap guru, serta pembinaan hubungan yang baik antar warga kelas. sehingga, kelas bukan sekedar ruangan dengan segala isinya yang bersifat statis dan pasif, namun kelas juga merupakan sarana berinteraksi, bersosialisasi, berkarya, dan masih banyak lagi.
Sebagai pembukaan, Pak Jinan dan Pak Arif membagi peserta menjadi dua kelompok. Mereka bermain lempar bola. Pada awal-awal, banyak peserta yang kesulitan menangkap bola dengan tepat. Pun ritme permainannya juga terburu-buru sehingga hasilnya tidak maksimal. Baru kemudian Pak Arif dan Pak Jinan mengajak peserta evaluasi diri, mengapa bisa kesulitan dalam menangkap dan melempar bola tepat sasaran. Ternyata masalahnya satu, ketika melempar bola, peserta tak memperhatikan kesiapan teman yang akan menerima bolanya. Sehingga, bola tersebut tidak bisa ditangkap dengan baik.
Percobaan selanjutnya, peserta mulai santai. Orang yang akan melempar, menunggu kesiapan orang yang akan dilemparinya bola. Ketika sang penerima menunjukkan kesiapan, maka barulah ia melemparkan bola. Hasilnya tentu saja berbeda dengan percobaan sebelumnya, tak ada satupun bola yang jatuh. Semua bisa ditangkap dengan tepat karena sang penerima dan pelempar sama-sama siap dan fokus.
“Bola ini sama dengan materi yang guru ajarkan pada siswa” ungkap beliau. Sebuah kalimat yang menjadi renungan bagi kami. Sebab, seringkali kita memberikan materi pelajaran di kelas dengan melupakan kesiapan anak, sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai harapan. Menurut guru sudah siap, namun belum tentu siap bagi anak. Maka dari itu, dalam sebuah pembelajaran penting untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Tidak hanya mengenai materi pembelajaran, namun juga cara penyampaian materi tersebut disesuaikan dengan kapasitas dan karakteristik anak. Sebuah permulaan workshop yang menggugah jiwa pendidik kami.
Kemudian, Pak Jinan dan Pak Arif mengajak peserta untuk berani bermimpi. Sebab, jika ingin anak didik memiliki cita-cita, maka guru juga harus memiliki mimpi yang besar. Beranikan diri untuk bermimpi. Orang-orang disekitar akan menangkap mimpi tersebut, dan Allah akan menggerakkan semesta untuk mewujudkannya.
Untuk itulah, seluruh guru juga harus bermimpi untuk menciptakan kelas impian. Kelas impian bagi dirinya dan anak-anak didiknya. Kelas impian yang selalu dirindukan. Di dalam kelas impian tidak hanya berfungsi sebagai tempat kegiatan belajar mengajar, namun juga tempat dan sarana belajar banyak hal lainnya. Diantaranya kelas berfungsi sebagai tempat untuk membangun mimpi, problem solving, membangun karakter, tempat berbagi, berkarya, serta kelas sebagai dunia kecil anak dalam kehidupan bersosial.
Fungsi-fungsi tersebut dapat tercapai melalui berbagai kegiatan yang diciptakan dalam sebuah kelas. Namun dalam setiap kegiatan tersebut juga penting untuk dibuat sebuah prosedur atau aturan. Dari prosedur atau aturan tersebut, anak akan belajar tentang tanggung jawab, disiplin, kerjasama, dan peduli sesama. Apa saja hal-hal yang perlu diatur tersebut? Pak Jinan dan Pak Arif memaparkan setidaknya ada 4 point, yaitu kebersihan dan kerapian, ketertiban dan kenyamanan, interaksi di kelas, dan partisipasi siswa.
Contoh dari 4 point itu seperti apa?! Kita ambil satu contoh tentang partisipasi siswa dalam hal tanya jawab saat pelajaran di kelas. siswa yang ingin bertanya atau menjawab harus mengangkat tangannya dengan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Baru kemudian guru akan menunjuk siswa yang bisa bertanya. Siswa yang ditunjuk wajib mengucapkan terima kasih kepada guru sebagai wujud sikap sopan santun. Sehingga proses tanya jawab dapat berlangsung kondusif dan optimal.
Peraturan-peraturan seperti itu bisa diterapkan dalam banyak kegiatan. Tak hanya saat pelajaran, namun juga bisa mengenai prosedur pulang sekolah, datang terlambat, izin keluar kelas, piket makan siang, dan masih banyak lagi. Peraturan-peraturan tersebut hendaknya dibuat dengan kalimat yang singkat namun jelas dan mudah dipahami.
Menurut Pak Jinan, banyak permasalahan tidak bisa diselesaikan karena tidak ada peraturan. Permasalahan di negeri ini banyak karena peraturan yang lemah. Terlebih pendidikan, menurutnya pendidikan Indonesia sudah ditahap kerusakan, padahal pendidikan merupakan sektor awal dari sebuah negara. Tak bisa dipungkiri juga, banyak guru-guru di Indonesia yang hanya menyuruh tapi tidak memberi contoh. Untuk itulah, sekolah harus memberikan pembelajaran dalam bentuk contoh karena hal itu akan lebih mudah diterima oleh anak.
Jika di atas dari segi lingkungan emosional dalam salah satu pengertian kelas, maka sekarang akan dibahas mengenai lingkungan fisik. Pembahasan mengenai lingkungan fisik ini dibahas pada hari pertama workshop. Lingkungan fisik berkaitan dengan suasana ruangan, sarana prasarana, pengaturan tempat duduk, serta ventilasi dan pengaturan cahaya. Guru harus menata ruangan sedemikian rupa agar nyaman, mengorganisir barang-barang yang mendukung fungsi-fungsi kelas di atas, memanfaatkan setiap sudut kelas dengan baik. Selain itu, penataan meja dan kursi siswa tidak boleh monoton, harus bervariasi, sehingga siswa tidak akan bosan.
Beliau juga membahas hal-hal kecil yang ada di kelas, yaitu identifikasi peralatan kelas dengan cara labeling. Bagi seorang guru, tentu seringkali menemukan sebuah barang milik siswa yang tergeletak dilantai, dimeja, atau ditempat yang tidak semestinya.
Kehilangan barang-barang semacam pensil dan penghapus adalah hal biasa di kelas. Sayangnya, karakteristik anak jaman sekarang berbeda dengan jaman dulu. Anak jaman dulu akan mencari barangnya yang hilang sampai ketemu, sebab jika ketahuan oleh orang tuanya akan dimarahi. Berbeda dengan anak jaman sekarang, rasa peduli dan rasa kepemilikannya terhadap barang-barangnya masih sangat kurang.
Tak heran jika di SDMT sendiri setiap bulannya selalu terkumpul barang-barang temuan milik siswa, mulai dari botol air minum, topi, kaos olahraga, hasduk HW, dan sebagainya. Pun barang-barang tersebut sudah disimpan ditempat terbuka dan diinformasikan ke siswa, tetap saja masih banyak barang yang tidak diambil.
Mengapa bisa demikian?! Ternyata perlu juga kerjasama dengan orang tua. Masalahnya, anak jaman sekarang tidak peduli dengan barang miliknya karena bisa minta dibelikan lagi yang baru. Jika hal demikian diteruskan, akan berdampak buruk bagi anak itu sendiri. Ia akan menjadi pribadi yang kurang bertanggungjawab dan disiplin terhadap barang miliknya.
Mengatasi hal demikian, perlu ditanamkan rasa peduli, tanggung jawab, dan disiplin tersebut sejak disini. Salah satu caranya yaitu dengan memberi label atau menuliskan namanya pada barang-barang miliknya. Dengan demikian, sang anak akan merasa memiliki. Selain itu, dengan memberi label nama pada barang juga mengantisipasi kehilangan barang atau tertukar dengan temannya. Pak Jinan juga menganjurkan guru untuk menyediakan kota ‘Lost and Found’. Kotak tersebut digunakan untuk menyimpan barang-barang temuan di kelas, sehingga jika ada anak yang kehilangan suatu barang bisa mencarinya di kotak tersebut.
Kebiasaan baik yang dilakukan setiap hari akan membentuk karakter yang baik pula. Sebuah amanah besar dipundak guru untuk membimbing anak-anak didiknya. Membentuk karakter dan akhlak baik pada diri mereka. Menjadi guru yang kreatif dan inovatif untuk kelas impian di SDMT. Namun, tugas besar ini tak hanya milik guru. Mari bapak/ibu walimurid, kita bekerjasama membimbing anak-anak kita. Menjadi contoh baik bagi mereka. Menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, kemandirian, tanggungjawab, sopan santun lewat kebiasaan sehari-hari.
(ak/sdmt)