Asyiknya Berwisata Ke Mesir Hingga Jepang Melalui Benda Ini

IMG_5083

Saat duduk di bangku SMP, aku menemukan sebuah cerita yang menarik, yang masih teringat hingga sekarang. Sebuah cerita tentang perjalanan seorang anak di banyak negara. Ia singgah di berbagai negara mulai dari Mesir hingga Jepang tanpa biaya sepeser pun. Sampai sekarang aku tidak tahu siapa pengarang dari cerita itu. Mungkin kalian, pembaca sekalian, pernah membaca atau mendengar cerita ini. Baiklah, aku akan membagikannya kepada kalian.
 
Saat liburan sekolah adalah saat yang menyenangkan bagi pelajar. Namun tidak bagi anak ini, ia merasa sedih. Karena saat liburan tiba, semua teman-temannya pergi berwisata. Ada yang ke rumah nenek, ke luar negeri, ataupun mengunjungi obyek wisata bersama keluarga. Sedangkan ia, untuk keluar negeri ia tidak akan mampu karena orang tuanya hanyalah seorang petani dan pemilik toko kelontong sederhana. Ingin ke rumah nenek, kamar neneknya berada 5 langkah di depan kamarnya, karena mereka tinggal satu rumah. Sehingga sejak lahir ia sudah di rumah itu. Ia tidak punya kampung halaman yang bisa di kunjungi saat liburan tiba.
 
Ingin pergi berwisata, orang tuanya tidak punya waktu untuk hal seperti itu. Saat liburan seperti ini, ia justru mendapat tugas baru, yaitu menjaga toko kelontong yang berada di depan rumahnya. Padahal, sebelum libur sekolah gurunya memberi tugas untuk menceritakan pengalaman liburannya. Ia merasa bingung nanti akan menceritakan apa.
 
Ia membayangkan, pasti saat ini teman-temannya sedang bergembira berlibur bersama keluarga. Sedangkan ia merasa sangat bosan menunggu toko kelontong yang sepi pembeli. Akhirnya ia mengisi kekosongan waktunya itu dengan membaca buku. Kebetulan perpustakaan daerah berada tidak jauh dari rumahnya. Begitulah ia, selama liburan berlangsung kegiatannya adalah menjaga toko kelontong sambil mengisi waktunya dengan membaca buku.
 
Libur sekolah pun usai. Hari pertama masuk, sang guru menyuruh satu persatu muridnya maju ke depan untuk menceritakan pengalaman liburannya. Tiba lah anak itu disuruh maju. Dengan takut-takut ia maju ke depan. Namun apa yang terjadi, setelah selesai ia menceritakan pengalamannya, semua teman-temannya tercengang dan memberinya tepuk tangan. Sang guru pun tersenyum melihatnya. Berikut adalah yang diceritakan anak itu di depan guru dan teman-temannya!
 
Hari pertama aku mengelilingi Mesir, singgah di lorong-lorong kota Kairo bersama Naguib Mahfudz. Mengenal karakter orang-orang Mesir. Di sana Aku berkenalan dengan Hamidah, Nyonya Hasniya, Zaita, Tua Ridwan, Husaini, Dokter Busyi, dan Abbas Hilu. Semuanya kukenal lewat novelnya yang berjudul Lorong Midaq.
 
Setelah tiga hari bersama Naguib Mahfudz, aku pun terbang ke pedalaman Afrika. Di sana aku berkenalan dengan wanita kaya raya. Ia memiliki rumah yang banyak, tapi ia juga wanita yang melakukan banyak kejahatan dan kelicikan. Meski demikian, ia menjadi pejuang keras hak perempuan. Aku mengenalnya dengan nama Nyonya Mudenda di dalam novel Warisan karya Himunyanga-Phiri.
 
Setelah dua hari di Afrika, aku pun pindah bertualang ke negeri Jepang. Di sana aku menikmati estetika lembah, gunung, bahari, dan segala hal yang berhubungan dengan Jepang. Di sinilah aku mengetahui kenapa Jepang dapat menjadi negara yang besar. Karena Jepang memiliki pulau-pulau yang sama dengan yang dimiliki oleh negara kita. Jepang juga negara yang kuat memegang tradisinya. Sungguh, wisata di Jepang bersama Yatsunari Kawabata di dalam novelnya Daerah Salju membuatku terkagum-kagum dengan negeri Jepang. Di sini jugalah aku jatuh hati dengan sosok Koto, wanita yang pandai dan memiliki sopan santun tinggi.
 
Keesokan harinya, aku berwisata di tiga negara, yaitu Balkan, Yunani, dan Cina. Di sini aku hanya singgah sebentar-sebentar saja. Perjalanan ini kulakukan bersama Maguerite Yourcenar di dalam kumpulan cerpennya.
 
Lalu, aku berhari-hari di Rusia bersama Leo Tolstoy lewat novelnya Perang dan Damai. Di sini aku belajar tentang arti kegagalan, keagungan, keburukan, kemuliaan, dan keangkuhan yang dimiliki Rusia. Di novel ini juga aku belajar tentang nasionalisme.
 
Setelah berhari-hari aku melanglangbuana di negara orang lain, aku kembali ke kampung halaman, Indonesia. Aku pilih buat berwisata ke pedalaman Sumatera. Di sini aku mengenal habitat harimau. Aku melihat betapa kejamnya manusia melakukan perburuan yang ganas terhadap harimau. Penyaksian ini kulakukan bersama Muchtar Lubis melalui novelnya yang berjudul Harimau! Harimau!
 
Inilah cerita liburan sekolah yang kulakukan dengan melakukan wisata bersama buku-buku bacaanku. Semua ini sungguh kulakukan dan aku memiliki bukti yang nyata. Tak mungkin kulalui semua negara itu dengan uang orang tuaku. Pekerjaannya saja hanya seorang petani. Namun dengan buku, aku dapat mengunjungi negara-negara besar tersebut. (ak/sdmt)

Related Blogs

Leave us a Comment