Nak, Jadilah Polisi Dan Politisi Yang Takut Pada Allah
Oleh : Linda Yulianti
Indonesia saat ini sedang diterpa banyak masalah. Dimana masalah tersebut pada akhirnya mengundang kekecewaan dari masyarakat kepada penegak hukum yang dinilai belum mampu menegakkan hukum dengan adil. Atau istilahnya masih tumpul ke atas, namun tajam ke bawah.
Wajah Indonesia semakin digerogoti dengan korupsi yang semakin menjadi. Pemberantasannya tak kunjung selesai. Bahkan penegak hukum dalam hal ini lembaga kepolisian yang diharapkan oleh masyarakat justru menjadi lembaga terkorup menurut Global Corruption Barometer (GCB) pada awal tahun 2017 (Republika.co.id). Mirisnya, kini DPR juga sudah “menyalip” kepolisian, sehingga yang memegang lembaga terkorup saat ini adalah DPR (cnnindonesia.com). Tentu saja sebagai dewan perwakilan rakyat, jelas fakta ini seperti menusuk rakyat dari belakang.
Maka tak heran bila banyak orang merasa phobia dengan profesi polisi dan politisi. Karena nama dan pamor keduanya kini rendah di mata masyarakat. Kasus demi kasus dari kedua lembaga pemerintahan itu banyak mengecewakan rakyat. Sehingga sebagian orang tua pun sudah mewanti anak-anaknya, “Nak, jadilah apa saja, asal jangan menjadi polisi dan politisi”.
Memang, tidak semua polisi dan politisi bertindak curang dan tidak amanah terhadap tanggungjawab yang dipasrahkan rakyat kepada mereka. Namun, sebagaimana peribahasa Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena sejumlah kesalahan yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu, menjadi rusaklah nama semuanya.
Bukan berarti harus lari ketika melihat kerusakan. Sebisa mungkin justru dihadapi untuk memperbaikinya. Seperti yang dilakukan oleh Kapolda Sumut, Irjen Rycko Amelza Dahniel. Irjen Rycko berpesan kepada puteranya Selamat belajar dan berjuang “Nak, jadilah polisi yang sholeh dan hanya takut kepada Allah”. Pesan tersebut ditulisnya dalam postingan Instagramnya.
Maka salah jika ada pernyataan, pisahkan agama dari pekerjan atau politik. Karena fungsi agama sebagai pengontrol. Dan kurang tepat juga bila rakyat akhirnya menjadi phobia. Polisi dan politisi datang dari rakyat. Maka tugas kita saat ini sebagai rakyat adalah mempersiapkan calon polisi dan politisi yang amanah, bukan justru menjauhinya. Bukankah masalah ada untuk dihadapi, bukan dijauhi, agar tidak memunculkan masalah selanjutnya.
Jadi, lebih baik sekarang diubah, jadilah seseorang yang optimis. Tugas kita adalah mempersiapkan generasi muda menjadi generasi yang mengenal diri, agama, dan bangsanya. Berikan kepada generasi muda kita pesan, “Nak, jadilah polisi dan politisi yang amanah dan takut kepada Tuhan” dengan begitu, secara tak langsung maka kita akan turut membawa perubahan bagi bangsa dan negara ini .
Kita persiapkan generasi muda kita semaksimal mungkin, menanamkan nilai-nilai yang nanti akan mengontrol dirinya ketika ujian jabatan, uang, maupun ancaman datang. Jika setiap orang tua mampu melakukan itu kepada anaknya, lihatlah nanti berapa polisi dan poitisi berakhlak baik yang lahir untuk membawa bangsa ini menjadi lebih bermartabat.
Kita munculkan penerus polisi Hoegeng dan Soekarno-Hatta selanjutnya.
Foto: papasemar.com