Sejarah Panggung Ekspresi SDMT

IMG_2947

Artikel – Di tahun ketiga berdirinya SDMT, yaitu tahun 2005, guru-guru fulltimer yang jumlahnya hanya beberapa gelintir guru, yaitu Ust. Saiful Azhar (almarhum) dan beberapa ustadz lainnya terlibat dalam obrolan tentang bagaimana diadakan “Panggung Gembira” ala Pondok Gontor di SDMT. 
Obrolan itu bak gayung bersambut ketika Direktur SDMT kala itu, Pak Rudianto, yang pulang dari menjenguk dan menyaksikan putranya yang tampil di acara Panggung Gembira di Gontor 2 Madusari Siman.


Akhirnya digelarlah acara malam pentas seni, di halaman depan sekolah (depan Gedung Buya Hamka) saat ini. Tajuk acaranya belum “Panggung Ekspresi” tapi “Inilah Karyaku”, yaitu sebuah usulan dari Pak Bambang, Wadir I SDMT.
Malam pentas seni itu serasa begitu meriah, ada pelangan konsumsi, 70 siswa beserta kedua orang tua mereka ditambah warga sekitar tentu memadati halaman lorong Buya Hamka itu.
Teringat, selain tari-tarian, hafalan Albaqoroh, conversation Inggris pendek, ada juga drama yang diperankan beberapa siswa dan ikut juga alm. Ust. Saiful. Drama kala itu adalah lipsing atau peragaan dari iklan genteng SDMT yang baru saja booming di radio. Almarhum juga tampil solo dengan sulapnya. Lucu… 
Ada juga penampilan Rafi Mirza Nugraha yang memainkan keybordnya, Sasa menyanyi dan Yola dkk dengan tarinya. Pokoknya seru dech untuk ukuran waktu itu.


Tahun berikutnya pentas seni diadakan di jalan depan sekolah. Panggung menghadap ke selatan ke arah rumah ustadz Herianto dan Mbah Ngabdi (alm). Tajuknya masih sama “Inilah Kreatifitasku”. Backgroundnya karpet merah sekitar 5 x 3 meter, dihiasi balon dan kertas asturo. Nuansa TK banget, hehehe… Yang jelas penontonnya lebih banyak dari sebelumnya. Dramanya juga dubbingan dari hasil rekaman tape recorder lalu di-mixing di studio Radio Suargo FM.


Menggunakan Nama “Panggung Ekspresi”
Karena merasa tempat yang kurang memadai, akhirnya pentas di tahun berikutnya diadakan di depan masjid Ihsan. Beberapa malam menjelang pentas itu terjadi musyawarah tentang penamaan pentas ini biar lebih fenomenal. Ust Saiful agak terpaku dengan nama “Panggung Gembira” saja ikut Gontor, tapi beberapa ustadz mengusulkan diusahakan nama yang lain. Ust Rudi di kesempatan lain sering mengemukakan nama “All Stars Show” juga nama yang dipakai penampil gabungan di Gontor dari kelas V, VI dan guru. Di forum musyawarah itu, Ust Farid yang tengah menjadi PJ menggarap penampilan Sasa menyanyikan lagu “ekspresi” Titi Dj mengusulkan nama pentasnya adalah “Malam Ekspresi”.
Ust Imam (penulis sendiri) melihat perlunya menggunakan kata “Panggung” dan bagus digabungkan dengan kata “Ekspresi” jadinya “Panggung Ekspresi”. Para yang hadirpun menyetujui nama itu dan berlaku hingga sekarang.


Logika Terbalik: Konsumsi vs Penonton
Logika terbalik sempat dianut dan dijalankan panitia PX perdana itu, sehingga berakibat fatal terhadap suksesnya acara. Acara hanya dikunjungi penonton dalam jumlah minim sekali. Hal itu terjadi ketika bagian konsumsi merasa dana akan membengkak bila harus menanggung konsumsi snack seluruh penonton. Akhirnya, seolah semua terhipnotis ketika diusulkan untuk membatasi jumlah penonton yaitu siswa dan kedua orangtuanya atau dua kerabatnya saja. Akhirnya surat diedarkan dan penontonpun menyusut tajam. Sungguh kefatalan, karena maksud diadakan pentas seni adalah untuk mengundang sebanyak-banyak orang melihat pentas sehingga menjadi sarana promosi, dan bukan mengundang untuk makan-makan, sekalipun kalau bisa memberi konsumsi akan lebih baik. Di tahun berikutnya konsumsi ditiadakan, dengan pertimbangan biaya dan diasumsikan penonton sudah makan malam sebelum menonton, namun yang terpenting tidak mengekang panitia untuk mengundang sebanyak-banyaknya penonton.


Lokasi-Lokasi PX
Berikut lokasi-lokasi pentas seni SDMT diadakan dari tahun ke tahun:
1. Di halaman depan gedung Buya Hamka (sekarang), dengan tajuk “Inilah Karyaku”. Tahun 2005.
2. Di jalan Jagadan depan papan sekolah, menghadap selatan, dengan tajuk ” Inilah Kreatifitasku”. Tahun 2006.
3. Di halaman depan masjid Ihsan, dengan tajuk “Panggung Ekspresi”. Dua kali diadakan. Pertama menggunakan background triplek yang dilukis dengan cair oleh guru, lalu tahun berikutnya dikerjakan seniman Kosa dari Paju. Tahun 2007 dan 2008.
4. Di jalan depan Islamic Center, menghadap Timur, dengan tajuk sama. Dua kali di lokasi ini. Model opera digagas Ust Ali Musthofa Opera Malin Kundang dan tahun berikutnya Opera Senyum Masa Depan. Tahun 2009 dan 2010.
5. Di halaman tengah (sekarang) tepatnya depan perpustakaan atau di kopsis sekarang, menghadap Barat, sebanyak 2 kali. Yang pertama menggunakan banner, yang kedua dengan background kain merah. Tahun 2011 dan 2012
6. Di halaman utara bagian timur, sebelum gedung Kreatif Timur dibangun, yaitu di ujung selatan menghadap Barat. Background menggunakan potongan triplek yang dilapisi banner karya Ust Jainal. Tahun 2013.
7. Di halaman utara, di halaman yang sama, hanya panggung di ujung utara menghadap selatan. Tahun 2014.
8. Di Gedung Kesenian Kabupaten Ponorogo. Dengan background minimalis, settingan asli yang tersedia. Tahun 2015.
Tahun 2016 ini, rencananya diadakan di Gedung Kesenian Kabupaten Ponorogo lagi. Jangan lupa nonton yaa.. di malam Ahad, 20 Agustus 2016, dengan tema Menuju Cinta-Mu.
Oleh : Imam Saiful Bahri (Guru SDMT)

Related Blogs

Leave us a Comment