7 Kiat Mendidik Generasi Milenial ala Akbar Zainudin

- Posted by sdmt
- Posted in BERITA SEKOLAH
Sdmtponorogo.com – Dewasa ini banyak ditemui berita mengenai banyaknya kasus yang berhubungan dengan anak. Paling hangat ialah peristiwa nahas yang dialami seorang siswi SMP di Pontianak yang konon dikeroyok oleh 12 orang siswi SMA. Peristiwa yang membuat miris. Hal itu semakin menekankan satu hal bahwa tantangan orang tua dan guru saat ini semakin besar dalam mendidik anak.
Akbar Zainudin, dalam seminar di SDMT Ponorogo mengungkapkan bahwa dalam mendidik dimulai dari pendidik itu sendiri. Artinya, guru dan orang tua harus membenahi diri dulu. Salah satunya dengan menanamkan sifat optimis dan positif thinking. “Guru adalah komponen penting dalam sebuah sekolah. Sekolah akan maju dan berkembang bila gurunya turut berkontribusi dengan terus mengembangkan diri” tuturnya dihadapan peserta dalam seminar bertajuk Sukses Mendidik Generasi Milenial, (13/04/2019).
Penulis buku best seller Man Jadda Wajada itu juga mengungkapkan ciri-ciri generasi milenial, diantaranya suka kebebasan, sehingga tidak suka dengan aturan yang ketat. Pekerja keras, namun juga suka bermain. Meskipun kurang disiplin, tapi sukses bila mengerjakan sesuatu. Generasi ini juga tidak bisa lepas dari gadget, selalu terhubung dengan internet sebagai gaya hidup. Untuk itulah, keluarga dan orang tua harus memahami karakteristik tersebut, sehingga menghadapinya dengan tepat.
“Apapun yang terjadi, kita harus harus selalu berpikir positif. Selalu optimis dalam menghadapi segala situasi. Mensyukuri nikmat yang diberikan” ujar alumni Pondok Modern Darusalam Gontor itu. Selain sikap optimis dan berpikir positif. Beliau juga menuturkan kiat-kiat lain.
Kedua, menjadi pribadi penyayang. Jika ingin disayang, kita harus menjadi pribadi penyayang, tambahnya. baik itu melayani anak-anak, suami, maupun teman. Menunjukkan pribadi penyayang melalui senyum dan bahasa tubuh, intonasi, memuji dan menghargai. “Kesalahpahaman sering terjadi karena intonasi” tukas penulis yang sudah menulis 13 buku itu.
Dalam lain hal, banyak anak gagal karena kurang perhatian orang tuanya, lanjutnya. Jika anak-anak tidak nyaman dengan orang tua, maka ia akan mencari tempat lain seperti facebook atau orang lain untuk mencurahkan perasaannya. Sama halnya dengan anak perempuan kurang perhatian ayahnya, maka ia akan mencari figure ayah dari orang lain. “wah, ini bahaya sekali” pungkasnya.
Ketiga, teknik mendidik terbaik adalah dengan memberi teladan. Melakukan terlebih dahulu apa yang ingin kita perintahkan kepada anak. Keteladanan akan membangun kredibilitas dan kepercayaan anak terhadap apa yang kita katakan. Anak-anak lebih mudah mencontoh karena secara visual bisa ditangkap oleh panca indera secara keseluruhan dibanding hanya mendengarkan. Pesan Akbar Zainudin, jika ingin dihargai maka lebih dulu menghargai orang lain. Peran guru di masa ini adalah memastikan siswa belajar. Sebab, materi sudah tersedia dan mudah diakses. Guru bukan lagi sebagai pusat sumber belajar.
Keempat, mendidik anak dengan penuh totalitas. Mendidik anak tidak bisa hanya menjadi sambilan. Anak butuh kehadiran orang tua sepenuhnya. Sehingga orang tua tidak seharusnya bertemu anak dengan ogah-ogahan dan separuh tenaga dengan alasan sudah lelah karena pekerjaan.
Kelima, menjadi sahabat anak. Dalam keseharian, anak-anak tidak hanya membutuhkan figure orang tua. Anak-anak juga membutuhkan sosok sahabat yang bisa menjadi partner dalam dunianya, sehingga anak bisa nyaman dengan diri dan lingkungannya. Sebagai orang terdekat, orang tua harus bisa memposisikan diri sebagai sahabat bagi anak. Jangan sampai posisi tersebut ditempati orang lain.
Keenam, melibatkan anak-anak dalam membangun visi besar dan masa depan keluarga. Anak adalah salah satu komponen penting dalam keluarga. Penting bagi orang tua untuk melibatkan anak-anak dalam setiap kegiatan dan keputusan-keputusan dalam keluarga. Sehingga anak merasa dihargai.
Ketujuh, tanamkan karakter hebat pada anak. Penulis kelahiran Banyumas itu menjabarkan 9 karakter yang bisa ditanamkan dalam diri anak. Diantaranya membangun kejujuran anak. Orang tua wajib menghargai semua kejujuran, meski itu sebuah kesalahan. Kedua, mengembangkan percaya diri anak. Ketiga, melatih tanggung jawab. Banyak orang tua tidak tega pada anak. Padahal kebiasaan tidak tegaan ini membuat anak tidak bisa mandiri dan ketergantungan dengan orang tua. Jika anak berbuat salah, latih mereka untuk mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Keempat, menyiapkan anak menjadi mandiri. Kelima, melatih keberanian anak. Dorong anak untuk berani mencoba. Orang yang gagal adalah orang yang tidak pernah mencoba karena banyak merasa khawatir dan alasan-alasan. Keenam, membangun kreativitas anak. Ketujuh, melatih anak memiliki pandangan ke depan. Kedelapan, mau bekerja keras. Terakhir, disiplin. Paling penting adalah bukan seberapa banyak kita jatuh, tapi seberapa banyak kita bangkit.
Di Akhir, Akbar Zainudin berpesan, “Anakmu bukan dirimu. Mereka punya masa depan sendiri yang bisa jadi berbeda denganmu”. Selanjutnya acara ditutup dengan sesi foto bersama. (al/sdmt)